Monday, August 30, 2004
"On the internet, nobody knows you're a dog"
Pada saat Anda 'online', pernahkah Anda berpikir bahwa kita telah berada di dunia lain? Pernahkah anda berpikir "beyond the screen"? Pernahkah anda menyadari ketika kita tertawa di depan komputer, orang-orang di sekitar kita pasti berpikir "gila nih orang yaa?"... Bukan gila, tapi memang pada saat itu kita berada di dunia berbeda, dunia lain, dunia cyber, dunia matrix atau apapun juga namanya.
Memang benar sih, pada saat kita online, kita memang sedang berada di 'cyberspace'. Di cyberspace, yang berlaku hanya apa yang disebut dengan 'cyberculture'. Mengapa? Karena yang dipakai disitu adalah etika-etika dan norma-norma seorang 'cyber' yang secara tidak langsung etika dan norma itu memang berasal dari budaya manusia. Contoh sederhana adalah 'lol' or 'laugh out loud'. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak mungkin kita ngomong 'lol', 'rotfl' secara harfiah atau letterleg. "Aaaaahhh lol gue", "wah dia lol tuh", "wuih orang itu lol depan kita" atau "hueee orangnya rotfl depan anaknya" adalah kalimat-kalimat yang jarang kita dengar bahkan tidak pernah. Bahasa-bahasa chat yang lain ketika kita online diantaranya adalah brb, ttyl, ttdj ampe tt kamal.. lhoo kok malah jayus..hahaha
Anyway, sebagai contoh, ketika kita online di IRC dan kita chat sedang kita tidak mengenal orangnya, tentu saja kita bisa berbohong. Kita bisa melepaskan identitas kita dan merubahnya dengan identitas orang yang kita mau. Anak 15 tahun bisa aja berpura-pura menjadi orang 30 tahun atau yang cowok bisa berubah jadi cewek.
Internet adalah tempat yang bebas. Tidak ada yang memiliki internet (No one owns the net). Apa saja bisa dilakukan disini. Apa aja bisa kita dapat disini. Hampir tidak ada batasan-batasan ataupun aturan main. Semua bebas berekspresi, semua bebas mengaktualisasikan dirinya sesuai yang dia mau. Walaupun memang di beberapa site orang-orang sudah mulai membuat aturan main dan apabila user melanggar tentunya akan "ditendang" dari komunitas itu.
Saya jadi mikir, di satu sisi, ternyata kejujuran bisa jadi tidak begitu penting di cyberspace. Di sisi lain, kejujuran bahkan juga menjadi "tidak penting" di kehidupan nyata (buktinya masih banyak orang berbohong). Lalu apa beda cyberspace dan physical space? Apa bedanya antara online dan offline? Bagi saya, perbedaannya hanya dipisahkan oleh dinding yang teramat tipis dan cenderung sama. Toh cyberspace itu juga dijalankan oleh users yang notabene adalah manusia-manusia juga. Kecuali kalau memang users-nya adalah tikus-tikus, mungkin akan lain ceritanya (apa coba??!!). Berarti kebohongan di cyberspace bisa jadi adalah refleksi dari kebiasaan berbohong di physical space (who knows?). As a result, bottom line-nya adalah "cyberculture adalah bentukan dari physical-culture" (IMHO)...
Tulisan ini terinspirasi dari lecture tadi pagi dan kebetulan dikasih gambar bawah ini dan gambar satu lagi nyomot dari blognya mas Bahtiar. Susah bagi kita untuk mengetahui identitas orang lain yang belum kita kenal di internet. Bahkan gambar di bawah menganalogikan "dalam internet, tidak ada orang yang tahu bahwa kamu adalah anjing". Fair enough...
Photo: The New York, 1993
Memang benar sih, pada saat kita online, kita memang sedang berada di 'cyberspace'. Di cyberspace, yang berlaku hanya apa yang disebut dengan 'cyberculture'. Mengapa? Karena yang dipakai disitu adalah etika-etika dan norma-norma seorang 'cyber' yang secara tidak langsung etika dan norma itu memang berasal dari budaya manusia. Contoh sederhana adalah 'lol' or 'laugh out loud'. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak mungkin kita ngomong 'lol', 'rotfl' secara harfiah atau letterleg. "Aaaaahhh lol gue", "wah dia lol tuh", "wuih orang itu lol depan kita" atau "hueee orangnya rotfl depan anaknya" adalah kalimat-kalimat yang jarang kita dengar bahkan tidak pernah. Bahasa-bahasa chat yang lain ketika kita online diantaranya adalah brb, ttyl, ttdj ampe tt kamal.. lhoo kok malah jayus..hahaha
Anyway, sebagai contoh, ketika kita online di IRC dan kita chat sedang kita tidak mengenal orangnya, tentu saja kita bisa berbohong. Kita bisa melepaskan identitas kita dan merubahnya dengan identitas orang yang kita mau. Anak 15 tahun bisa aja berpura-pura menjadi orang 30 tahun atau yang cowok bisa berubah jadi cewek.
Internet adalah tempat yang bebas. Tidak ada yang memiliki internet (No one owns the net). Apa saja bisa dilakukan disini. Apa aja bisa kita dapat disini. Hampir tidak ada batasan-batasan ataupun aturan main. Semua bebas berekspresi, semua bebas mengaktualisasikan dirinya sesuai yang dia mau. Walaupun memang di beberapa site orang-orang sudah mulai membuat aturan main dan apabila user melanggar tentunya akan "ditendang" dari komunitas itu.
Saya jadi mikir, di satu sisi, ternyata kejujuran bisa jadi tidak begitu penting di cyberspace. Di sisi lain, kejujuran bahkan juga menjadi "tidak penting" di kehidupan nyata (buktinya masih banyak orang berbohong). Lalu apa beda cyberspace dan physical space? Apa bedanya antara online dan offline? Bagi saya, perbedaannya hanya dipisahkan oleh dinding yang teramat tipis dan cenderung sama. Toh cyberspace itu juga dijalankan oleh users yang notabene adalah manusia-manusia juga. Kecuali kalau memang users-nya adalah tikus-tikus, mungkin akan lain ceritanya (apa coba??!!). Berarti kebohongan di cyberspace bisa jadi adalah refleksi dari kebiasaan berbohong di physical space (who knows?). As a result, bottom line-nya adalah "cyberculture adalah bentukan dari physical-culture" (IMHO)...
Tulisan ini terinspirasi dari lecture tadi pagi dan kebetulan dikasih gambar bawah ini dan gambar satu lagi nyomot dari blognya mas Bahtiar. Susah bagi kita untuk mengetahui identitas orang lain yang belum kita kenal di internet. Bahkan gambar di bawah menganalogikan "dalam internet, tidak ada orang yang tahu bahwa kamu adalah anjing". Fair enough...
Photo: The New York, 1993