Friday, October 15, 2004
Blog = Media Pribadi or Media Massa?
Udah 2 bulan lebih Saya mulai nge-blog. Jangan heran kalau Saya memang pemain baru di dunia ini dan belum bisa banyak. Dan sampai saat ini, Saya masih enjoy untuk ikut di dunia per-blogan. Menulis, membaca, mengkritik, mendukung adalah sebagian daripada aktifitas di dunia ini. Semuanya memberi kesempatan buat kita utk berfikir, memutar otak kita dan melibatkan hati kita. Satu hal lagi, masuk ke dunia blog, bagaikan mempunyai keluarga baru. Banyak teman2 baru yang Saya dapat. Mau tau rasanya nggak? Nggak jauh beda, tuh! Walaupun mereka teman2 virtual yg kita belum liat wajah aslinya, tapi sungguh, ikatan emosional itu benar-benar ada. Ketika mereka say hi di blog kita, ketika kita say hello di blog mereka, ketika kita mungucapkan duka, ketika kita berbagi suka, semuanya hampir sama. Yang membuat beda hanya mediumnya saja yakni internet.
Selain teman, banyak hal-hal baru yang di dapat. ilmu, ini yang penting. Ilmu itu bagaikan peta, ia menunjukkan kemana, bagaimana, dan untuk apa kita akan melangkah. Dan syukur Alhamdulillah, ilmu juga di dapat di dunia ini. Akhirnya, nge-blog pun menjadi bermanfaat.
Kadang Saya berfikir tentang blog. Blog memberi kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi pemain dan penonton. "As email makes people become a writers, weblog makes people become a writers and publishers at the same time". Blog juga bisa menciptakan konflik dan itu wajar. Namanya juga manusia yang ada di dalamnya. Blog memberikan kebebasan kepada kita untuk berfikir bebas dan mengungkapnya di dalam blog kita. Sehingga, terkadang menciptakan konflik kepentingan.
Contoh kecil, kasus Anna Ahira yang ada di blognya mas Priyadi. Pendukung Anna disitu ada yang bilang kurang lebih menyatakan kalau pendapatnya di blog mas Priyadi itu terlalu bias, subjektif dan exaggerate alias berlebihan. Sedangkan mas Priyadi dan pendukungnya bilang yang kurang lebih juga begini, "yaa ini kan blognya mas Priyadi dan mas Priyadi berhak ngungkapin apa aja sesuai isi hatinya, jadi kalau mau baca silakan, kalau nggak yaa jangan dibaca."
Kesimpulan sementara, blog=pribadi dan pribadi=kebebasan ngungkapin apa aja di dalamnya. Ini yang salah sebenarnya (IMHO). Tapi karena tidak ada aturan, ya semua jadi bebas dan tidak ada award & punishment. Kalau begini caranya, media-media massa jangan-jangan bisa merubah diri jadi blog. Misalnya, bisa aja TEMPO membuat blog sendiri dan mengekspos masalah Tommy Winata di blognya. Apa yg terjadi? TEMPO cukup bilang, "lah wong itu blog kami kok, jadi kami berhak ngomong apa aja disini, kalau mau yaa baca, kalau nggak yaa jangan dibaca". Walhasil, TEMPO pun lolos dari jeratannya. Padahal, ratusan bahkan ribuan orang membaca blognya TEMPO. nah lho...??!!
Sama dengan blognya mas Priyadi, dibaca ratusan bahkan ribuan orang bahkan sampai ngerubah padangan orang tentang satu hal, tapi tetap "aman" karena berlindung dibalik kalimat "atas nama blog". Pertanyaan selanjutnya berkembang menjadi "apakah blog sama dengan media massa?". Kalau memang iya, maka dia masuk dan UU Pers or apapun namanya tetap berlaku di dunia ini, kalau tidak berarti blog masih aman untuk ngungkapin satu hal yang sensitif dan consequently, kita bisa berlindung dibalik namanya. Nah, pertanyaan inilah yang sepatutnya dijawab.
Pelajaran di Australia menyatakan bahwa tulisan pribadi (seperti blog contohnya) yang "membahayakan" orang lain tanpa bukti, dan dibaca lebih dari 2 orang maka dia termasuk media massa, dan orang yang merasa "tersakiti" bisa menuntunya ke pengadilan. Saya juga pernah membuat paper berjudul "Does the internet have democratising effect on the society", waktu baca buku referensi memang disebutkan bahwa internet itu meredefinisi batas private dan public. Ternyata, hal tersebut menjadi kenyataan. Blog juga begitu, masih samar-samar antara mana yang pribadi dan mana yang publik.
Sekarang yang patut dipegang oleh bloggers dan cyberspacers hanya netiquette atau etika dalam internet selagi tidak ada aturan baku di internet. saling menjaga perasaan, saling menjaga kepentingan diri sendiri dan orang lain. Hukum alam bahwa sesuatu itu ada baik dan buruk, ada jelek dan baiknya, tetap berlaku di blog. Mari kita manfaatkan media blog sebaik-baiknya. Cheers :)
Selain teman, banyak hal-hal baru yang di dapat. ilmu, ini yang penting. Ilmu itu bagaikan peta, ia menunjukkan kemana, bagaimana, dan untuk apa kita akan melangkah. Dan syukur Alhamdulillah, ilmu juga di dapat di dunia ini. Akhirnya, nge-blog pun menjadi bermanfaat.
Kadang Saya berfikir tentang blog. Blog memberi kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi pemain dan penonton. "As email makes people become a writers, weblog makes people become a writers and publishers at the same time". Blog juga bisa menciptakan konflik dan itu wajar. Namanya juga manusia yang ada di dalamnya. Blog memberikan kebebasan kepada kita untuk berfikir bebas dan mengungkapnya di dalam blog kita. Sehingga, terkadang menciptakan konflik kepentingan.
Contoh kecil, kasus Anna Ahira yang ada di blognya mas Priyadi. Pendukung Anna disitu ada yang bilang kurang lebih menyatakan kalau pendapatnya di blog mas Priyadi itu terlalu bias, subjektif dan exaggerate alias berlebihan. Sedangkan mas Priyadi dan pendukungnya bilang yang kurang lebih juga begini, "yaa ini kan blognya mas Priyadi dan mas Priyadi berhak ngungkapin apa aja sesuai isi hatinya, jadi kalau mau baca silakan, kalau nggak yaa jangan dibaca."
Kesimpulan sementara, blog=pribadi dan pribadi=kebebasan ngungkapin apa aja di dalamnya. Ini yang salah sebenarnya (IMHO). Tapi karena tidak ada aturan, ya semua jadi bebas dan tidak ada award & punishment. Kalau begini caranya, media-media massa jangan-jangan bisa merubah diri jadi blog. Misalnya, bisa aja TEMPO membuat blog sendiri dan mengekspos masalah Tommy Winata di blognya. Apa yg terjadi? TEMPO cukup bilang, "lah wong itu blog kami kok, jadi kami berhak ngomong apa aja disini, kalau mau yaa baca, kalau nggak yaa jangan dibaca". Walhasil, TEMPO pun lolos dari jeratannya. Padahal, ratusan bahkan ribuan orang membaca blognya TEMPO. nah lho...??!!
Sama dengan blognya mas Priyadi, dibaca ratusan bahkan ribuan orang bahkan sampai ngerubah padangan orang tentang satu hal, tapi tetap "aman" karena berlindung dibalik kalimat "atas nama blog". Pertanyaan selanjutnya berkembang menjadi "apakah blog sama dengan media massa?". Kalau memang iya, maka dia masuk dan UU Pers or apapun namanya tetap berlaku di dunia ini, kalau tidak berarti blog masih aman untuk ngungkapin satu hal yang sensitif dan consequently, kita bisa berlindung dibalik namanya. Nah, pertanyaan inilah yang sepatutnya dijawab.
Pelajaran di Australia menyatakan bahwa tulisan pribadi (seperti blog contohnya) yang "membahayakan" orang lain tanpa bukti, dan dibaca lebih dari 2 orang maka dia termasuk media massa, dan orang yang merasa "tersakiti" bisa menuntunya ke pengadilan. Saya juga pernah membuat paper berjudul "Does the internet have democratising effect on the society", waktu baca buku referensi memang disebutkan bahwa internet itu meredefinisi batas private dan public. Ternyata, hal tersebut menjadi kenyataan. Blog juga begitu, masih samar-samar antara mana yang pribadi dan mana yang publik.
Sekarang yang patut dipegang oleh bloggers dan cyberspacers hanya netiquette atau etika dalam internet selagi tidak ada aturan baku di internet. saling menjaga perasaan, saling menjaga kepentingan diri sendiri dan orang lain. Hukum alam bahwa sesuatu itu ada baik dan buruk, ada jelek dan baiknya, tetap berlaku di blog. Mari kita manfaatkan media blog sebaik-baiknya. Cheers :)