Syahrani's Weblog Rani-Rina's Weblog
Sunday, January 16, 2005

Tafsir Politik ala Prof.Dr.Ryaas Rasyid, MA tentang Bencana Aceh

Ternyata, ketika para penafsir menafsirkan "ada apa dibalik bencana Aceh", ada seorang politisi sekaligus birokrat ulung yang tak kalah getolnya ikut menafsir bencana tersebut. Ahli agama banyak yang menafsir bahwa mungkin Tuhan marah. Budayawan (salah satunya Cak Nun) menafsir bahwa ini hanya bencana biasa, metabolisme alam. Dan kalau Tuhan marah, Tuhan lebih pantas marah ke Jakarta. Begitu juga dengan Sujiwa Tejo menafsir bahwa alam hanya mencari keseimbangan. Bagaimana tafsir politiknya?

Anda pasti pernah mendengar shock therapy yang dulu sering dilontarkan oleh pemerintahan SBY. Rupanya, berbagai terapi kejut dilontarkan oleh pemerintah tak satupun rakyat terkejut. Pak Arman (Abdurahman Saleh -Kejagung-) dengan tegas akan menindak koruptor dari kelas teri sampai kakap, tapi rakyat tidak terkejut. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menangkap Abdullah Puteh karena mark up dana pembelian heli, tapi rakyat lagi-lagi tidak terkejut. Beralih ke yang negatif, harga BBM akan dinaikkan, lagi-lagi rakyat tidak terkejut. Rupanya pemerintah gagal membuat shock therapy menjelang hari ke 100-nya ini. Akhirnya, Tuhan kasihan kepada pemerintahan SBY dan mengambil alih tugasnya. Tuhan datangkan ini bencana gempa dan tsunami dan ternyata berhasil!! Terkejutlah seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia internasional. Sehingga atas bantuan Tuhan, SBY "berhasil" membuat shock therapy.

Tafsiran lucu tersebut dilontarkan oleh Prof.Dr.Ryaas Rasyid, MA, yang pada minggu lalu Saya mendapat kesempatan langka mengantarnya ke Malang untuk sebuah acara temu ilmiah. "Seharusnya pemerintah itu cukup kerja yang baik, ndak usah lah itu shock therapy-shock therapy-an," ujarnya. Kalau Anda jarang mengikuti berita politik dan pemerintahan, mungkin nama diatas adalah nama awam buat Anda. Tapi sebaliknya, apabila Anda mengikuti, nama tersebut bukanlah nama asing buat Anda. Beliau adalah Rektor IIP (Institut Ilmu Pemerintahan) sekaligus mantan menteri otoda (otonomi dareah) di era BJ Habibie dan mantan Men PAN (Pendayaagunaan Aparatur Negara) di era Gus Dur. Karena semangatnya untuk mereformasi birokrasi sangat tinggi, namun hal tersebut bertentangan dengan Gus Dur, Ryaas ternyata tidak takut miskin karena tidak jadi menteri. Akhirnya, keputusan bulat untuk hengkang ia ambil dengan tegas. Keputusan ini berakhir dengan gagalnya Gus Dur "mengangkat derajat"nya sendiri di mata rakyat dan birokrat. Ia harus lengser dan konon ia mengambil langkah "lucu" apabila didelik dari ilmu pemerintahan yakni pengeluaran dekrit.

Dalam kesempatan berbincang langsung dengannya, terlihat bagaimana dia sangat menguasai ilmu pemerintahan. Gaya bicara yang ceplas ceplos ala orang bugis makassar ditambah guyonan segar membuat obrolan menjadi gayeng. Semua hal dia ceritakan mulai dari mengapa partainya (PDK) memilih Wiranto, bagaimana hubungannya dengan Andi Malarangeng (yang hengkang dari PDK) saat ini, gemuknya kabinet SBY (akibat dari bargaining politik yang kental) yang menjadikannya borosnya anggaran, the right man on the wrong place (semacam Bambang Sudibyo masuk sbg Mendiknas padahal lebih cocok jadi Menkeu), ruginya negara di sektor pajak sebesar 600-800 Triliun per tahun, sampai hal-hal lainnya. Ada lagi prediksi dia bahwa 70% syarat bubarnya negara telah dimiliki Indonesia. Jadi cuma ada 30% bagi Indonesia untuk survive. Tapi, untuk hal ini dia tidak mau buka kartu dengan alasan, "Saya akan buka di waktu yang tepat dan menunggu media besar untuk mempublikasinnya dengan menghadirkan Saya di acaranya," ujarnya dengan penuh canda, hadirinpun tertawa.

Mungkin kalo Saya ceritakan postingan ini akan semakin panjang jadi gak usah aja yaaa :) Pak Ryaas, kapan-kapan kita bertemu kembali. Nice to meet you, sir.... Makasih ilmunya yaaa :)



Author

Rani

"Syahrani's Weblog" is where I restore everything (writings, stories, religious, social, politics, current affairs, marketing, thoughts, sports, internet, essays, pictures or what so ever) that amazed me during time.

A 23 year-old, worker, family-man and a Post-Graduate MBA student. Living in Melbourne (Australia). Email: syahrani AT gmail.com .

Ads


Archives

August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
February 2007
April 2007
May 2007
April 2008
August 2008
September 2008
October 2008
November 2008
January 2009

Friends

*)Iin
Abhirhay
Adai
Avianto
Bahtiar
Benny Chandra
Budi Rahardjo
Budi Wijaya
Canti
Diaz Fitra
Didats Triadi
Dody
Emil
Enda Nasution
Farhana
Farid Gaban (Pena Indonesia)
Farid Gaban (Solilokui)
Fisto
Goiq
Guntur
Hermawan Kartajaya
Idban
Ikhlasul Amal
Imponk
Kere Kemplu
Mbak Syl
Lantip
Luluk
Maknyak
Manda
MDAMT
Nurani Susilo
Priyadi
Riza Nugraha
Rudy
Sa
Thomas Arie Setiawan
Tiwi
Wimar Witoelar
Yulian Firdaus

Credits

Blogger
Haloscan
Photobucket


Nedstat Basic - Free web site statistics Personal homepage website counter