Monday, February 07, 2005
Aborigin dan Australia
"Jangan pernah Anda tinggal di daerah yang kawasan itu terdapat orang Aborigin"
Begitulah ungkapan atau bisa Saya bilang atmosfer yang berkembang di negeri kanguru. Sudah menjadi stereotype (stereotype ini bukan lawannya mono, dodol! :p Ini penjelasan stereotype) orang aborigin memang hal-hal yang barbau jelek semacam mencuri, mabuk-mabukan, peminta uang, ngebut di jalanan dan berbagai hal jelek lainnya. Saya pun termasuk orang yang setuju, sekaligus tidak setuju. Setuju, karena Saya beberapa kali "diperas" di jalan oleh orang-orang aborigin walau hanya sekedar "Do you have a dollar spare please?". Tidak setuju, karena memang tidak semua orang aborigin begitu dan Saya berpikir dia adalah korban dari media.
Terus terang saja, ungkapan mereka yang terluncur kepada Saya ini sungguh lebih "Saya hargai" daripada preman di terminal-terminal Indonesia yang memang berprofesi sebagai pencuri atau istilah profesionalnya adalah pencopet (hehehe). Ungkapan jujur untuk meminta uang ("Do you have a dollar spare please?") ini dengan ungkapan halus menjadi penghibur sendiri bagi sang pemberi. Sehingga, Saya hampir tidak bisa menolak. Selalu aja kalau misalnya Saya punya uang lebih barang sedollar, langsung Saya berikan. Premanisme gaya aborigin ini memang unik. Mereka tidak memaksa (pengalaman Saya sih tidak pernah). Tak jarang juga Saya menolak atau bahkan memarahi dia tetapi mereka tidak marah. Menolaknya karena mungkin Saya waktu itu memang tidak punya uang atau bahasa belandanya, bokek :p. Memarahinya karena mereka tidak diajari bersyukur. Ketika Saya bilang "ok, wait a sec" (sambil merogoh kantong jeans), dia malah meminta "how about 2 dollar?". Langsung saja, "Do you want me to give you a dollar or I'll go now?". Hehehe baru kali ini ada preman kalah sama Saya :p. Akhirnya dia nurut saja dengan apa yang Saya beri. Dan surprisingly, mereka berterima kasihnya itu kayak dikasih uang 10 dollar saja. Saya dipeluk sambil bilang "thanks my brother". Hehehe dasar lu :p
Alasan setuju lainnya, memang banyak warga Australia yang tinggal di kawasan yang terdapat aboriginnya dan mereka sering kehilangan barang di rumahnya atau tiba-tiba jendela rumahnya dicongkel. Entahlah siapa yang mencuri, tetapi kecurigaan jelas mengarah kepada orang Aborigin. Memang tidak adil, tak sedikit orang non aborigin itu juga jahat. Bahkan lebih jahat dari orang aborigin. Tetapi kejahatan warga aborigin seringkali dibesar-besarkan (exaggeration) oleh media.
Disinilah letak kesalahannya, media selalu menggembar-gemborkan kejelekkan warga aborigin (sehingga masyarakat berpikir begitu). Saya pernah mendapat kuliah khusus jurnalisme tentang aborigin (Pemberi kuliah adalah orang Australia -non aborigin-). Aslinya, mereka tidak begitu. Orang aborigin itu seolah-olah dirampas hak hidupnya. Padahal, semua mengetahui bahwa orang aborigin ini adalah tuan tanah. Tapi mau bagaimana lagi, ketika Australia sudah maju seperti sekarang ini, sudah jelas secara kasat mata bahwa ini adalah berkat warga non aborigin (bule-bule Australia ituh) yang notabene berasal dari Inggris. Gampangnya, ketika orang aborigin bilang "Mau ape lu? Ini kan tanah kite-kite", orang kulit putih non-aborigin juga punya alasan "ahh elo. Kalo kagak ade kite-kite, negara ini juga kagak bise maju". Hehehe begitulah gampangnya :)
Stereotype dimana-mana memang kebanyakan kejam. Seperti kejamnya Anda orang Islam distempel teroris. Semua memang tidak bisa digeneralisir. Karena pada dasarnya semua orang itu berbeda walaupun mereka sebudaya. Di dalam kuliah khusus tentang aborigin yang pernah Saya kenyam tersebut, diputarkan sebuah video tentang aborigin. Saya lupa judulnya apa, yang jelas disitu ada misi orang-orang Australia (baca: non aborigin) untuk menghilangkan ras ini. Caranya? Menculik paksa anak-anak kecil di pelosok-pelosok Australia seperti hutan dan gurun. Untuk apa? jelas, untuk dinikahi. Kok bisa gitu? ya supaya keturunan mereka berangsur-angsur menghilang dan mereka semua menjadi kulit putih. Bahkan, orang Australia yang mau menikahi orang aborigin akan mendapat subsidi khusus dari pemerintah. Pemerintah pun punya departemen khusus orang aborigin yang tiap state berbeda nama (untuk Western Australia namanya Department of Indigenous Affairs). Di kampus-kampus pun ada jurusan khusus tentang aborigin (di kampus Saya juga ada namanya Centre for Aboriginal Studies).
Begitu kejamkah orang Australia terhadap pemilik tanah? Hmm mungkin. Saya tidak bisa menghakimi sendiri (since profesi Saya bukan hakim :p). Hehehe tapi begitulah kenyataan yang ada. Masalah penilaian itu tergantung dari pribadi kita dan sudut pandang kita :) fair enough I suppose :)
ps: I've changed my mind not to take Journalism as my major study. Bismillah, doakan ya keputusan Rani ini benar untuk masa depan Rani dan anak serta istri Rani (bwaahahaha).... Amien :)
Begitulah ungkapan atau bisa Saya bilang atmosfer yang berkembang di negeri kanguru. Sudah menjadi stereotype (stereotype ini bukan lawannya mono, dodol! :p Ini penjelasan stereotype) orang aborigin memang hal-hal yang barbau jelek semacam mencuri, mabuk-mabukan, peminta uang, ngebut di jalanan dan berbagai hal jelek lainnya. Saya pun termasuk orang yang setuju, sekaligus tidak setuju. Setuju, karena Saya beberapa kali "diperas" di jalan oleh orang-orang aborigin walau hanya sekedar "Do you have a dollar spare please?". Tidak setuju, karena memang tidak semua orang aborigin begitu dan Saya berpikir dia adalah korban dari media.
Terus terang saja, ungkapan mereka yang terluncur kepada Saya ini sungguh lebih "Saya hargai" daripada preman di terminal-terminal Indonesia yang memang berprofesi sebagai pencuri atau istilah profesionalnya adalah pencopet (hehehe). Ungkapan jujur untuk meminta uang ("Do you have a dollar spare please?") ini dengan ungkapan halus menjadi penghibur sendiri bagi sang pemberi. Sehingga, Saya hampir tidak bisa menolak. Selalu aja kalau misalnya Saya punya uang lebih barang sedollar, langsung Saya berikan. Premanisme gaya aborigin ini memang unik. Mereka tidak memaksa (pengalaman Saya sih tidak pernah). Tak jarang juga Saya menolak atau bahkan memarahi dia tetapi mereka tidak marah. Menolaknya karena mungkin Saya waktu itu memang tidak punya uang atau bahasa belandanya, bokek :p. Memarahinya karena mereka tidak diajari bersyukur. Ketika Saya bilang "ok, wait a sec" (sambil merogoh kantong jeans), dia malah meminta "how about 2 dollar?". Langsung saja, "Do you want me to give you a dollar or I'll go now?". Hehehe baru kali ini ada preman kalah sama Saya :p. Akhirnya dia nurut saja dengan apa yang Saya beri. Dan surprisingly, mereka berterima kasihnya itu kayak dikasih uang 10 dollar saja. Saya dipeluk sambil bilang "thanks my brother". Hehehe dasar lu :p
Alasan setuju lainnya, memang banyak warga Australia yang tinggal di kawasan yang terdapat aboriginnya dan mereka sering kehilangan barang di rumahnya atau tiba-tiba jendela rumahnya dicongkel. Entahlah siapa yang mencuri, tetapi kecurigaan jelas mengarah kepada orang Aborigin. Memang tidak adil, tak sedikit orang non aborigin itu juga jahat. Bahkan lebih jahat dari orang aborigin. Tetapi kejahatan warga aborigin seringkali dibesar-besarkan (exaggeration) oleh media.
Disinilah letak kesalahannya, media selalu menggembar-gemborkan kejelekkan warga aborigin (sehingga masyarakat berpikir begitu). Saya pernah mendapat kuliah khusus jurnalisme tentang aborigin (Pemberi kuliah adalah orang Australia -non aborigin-). Aslinya, mereka tidak begitu. Orang aborigin itu seolah-olah dirampas hak hidupnya. Padahal, semua mengetahui bahwa orang aborigin ini adalah tuan tanah. Tapi mau bagaimana lagi, ketika Australia sudah maju seperti sekarang ini, sudah jelas secara kasat mata bahwa ini adalah berkat warga non aborigin (bule-bule Australia ituh) yang notabene berasal dari Inggris. Gampangnya, ketika orang aborigin bilang "Mau ape lu? Ini kan tanah kite-kite", orang kulit putih non-aborigin juga punya alasan "ahh elo. Kalo kagak ade kite-kite, negara ini juga kagak bise maju". Hehehe begitulah gampangnya :)
Stereotype dimana-mana memang kebanyakan kejam. Seperti kejamnya Anda orang Islam distempel teroris. Semua memang tidak bisa digeneralisir. Karena pada dasarnya semua orang itu berbeda walaupun mereka sebudaya. Di dalam kuliah khusus tentang aborigin yang pernah Saya kenyam tersebut, diputarkan sebuah video tentang aborigin. Saya lupa judulnya apa, yang jelas disitu ada misi orang-orang Australia (baca: non aborigin) untuk menghilangkan ras ini. Caranya? Menculik paksa anak-anak kecil di pelosok-pelosok Australia seperti hutan dan gurun. Untuk apa? jelas, untuk dinikahi. Kok bisa gitu? ya supaya keturunan mereka berangsur-angsur menghilang dan mereka semua menjadi kulit putih. Bahkan, orang Australia yang mau menikahi orang aborigin akan mendapat subsidi khusus dari pemerintah. Pemerintah pun punya departemen khusus orang aborigin yang tiap state berbeda nama (untuk Western Australia namanya Department of Indigenous Affairs). Di kampus-kampus pun ada jurusan khusus tentang aborigin (di kampus Saya juga ada namanya Centre for Aboriginal Studies).
Begitu kejamkah orang Australia terhadap pemilik tanah? Hmm mungkin. Saya tidak bisa menghakimi sendiri (since profesi Saya bukan hakim :p). Hehehe tapi begitulah kenyataan yang ada. Masalah penilaian itu tergantung dari pribadi kita dan sudut pandang kita :) fair enough I suppose :)
ps: I've changed my mind not to take Journalism as my major study. Bismillah, doakan ya keputusan Rani ini benar untuk masa depan Rani dan anak serta istri Rani (bwaahahaha).... Amien :)