Thursday, March 03, 2005
BBM dan PUSKESMAS
Ada kutipan menarik di DETIK siang ini tentang Iklan dukungan terhadap kenaikan BBM oleh masyarakat yang kita (kita itu siapa ya? :p) anggap sebagai intelektual mulai dari Jubir Presiden (Andi Malarangeng dan Dino Patti Djalal) --mau dipecat apa gak mendukung kebijakan presiden? :p-- sampai tokoh Islam liberal semacam Ulil Absar-Abdalla (koordinator JIL dan Direktur Freedom Institute), essayist (I love his writings :p) Goenawan Mohamad dan Jefrie Geovanie (Orang dekat Amien Rais yang juga Direktur The Indonesian Institute (tambah banya aja "institute" di Indonesia. Mau nyaingi ITB and ITS yaa? :p). Kutipannya begini (dimuat juga di satu halam penuh harian KOMPAS 26/2):
hehe pikiran Saya ketika membaca itu tertuju kepada satu kata. PUSKESMAS....
Kalau Anda bertanya ke anaknya Pak menteri misalnya, "Kemana Anda pergi dikala Anda sakit?". Mungkin Semua atau mayoritas akan menjawab "Saya akan pergi ke Dokter". Sebagian pasti akan menjawab, "Saya akan pergi ke rumah sakit". Bukankah begitu? Pun dengan Saya akan menjawab dengan jawaban yang serupa.
Ada nggak yang kira-kira menjawab, "Saya akan pergi ke PUSKESMAS" atau "saya akan ke POSYANDU?".. hehehe
Saya lahir di Lumajang. Itu adalah kota kecil yang apabila orang bertanya darimana asal kota Saya dan saya menjawab "Lumajang", orang pasti akan mengikuti dengan pertanyaan, "Hah?!! dimana tuh Lumajang?" hehehe... Jadi saking kecilnya kota Lumajang, jarang orang tau akan kota ini.
Seingat Saya, Saya dulu pernah masuk ke PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat?) untuk memeriksa kesehatan (karena PUSKESMAS itu dekat dengan SD Saya dulu). Tapi dibanding dengan PUSKESMAS, lebih sering ke dokter. Tapi Saya jarang sakit, soalnya sampai sekarang Saya masih takut ama dokter apalagi terus disuntik.. hahahaha (malu2xin yaa? :p)
Tapi sekarang, ketika jaman sudah maju, PUSKESMAS lambat laun jarang kita dengar. Kata PUSKESMAS jauh lebih rendah daripada RUMAH SAKIT. PUSKESMAS kalah mentereng dengan kata "Dokter". Padahal, di Puskesmas juga ada dokter or mantri minimal. Hehehe lucu ya kalau dipikir...
Ini adalah gambaran kecil (ingat, kecil!) tentang besarnya jurang kesenjangan sosial. Tingkatan-tingkatan sosial di Indonesia benar-benar terasa dan akan menimbulkan strata-strata baru. Ada ekonomi kelas menangah, kelas atas dan kelas bawah. Ada rakyat kecil, ada rakyat gede, ada rakyat agak gede dikit, ada juga rakyat setengah gede dan setengah kecil (heheh ngasal :p). Walhasil, jangan salahkan apabila kriminalitas tetap tinggi. Karena kurangnya social security (pengaman sosial) dari pemerintah. Dulu sih ada namanya JPS (jaringan Pengaman Sosial?), tapi entah gimana kabarnya sekarang (apa kabar JPS? hehehe). Saya sih berharap, semoga kenaikan BBM dapat menambah kesejahteraan rakyat. Rakyat menjadi equal (bisa gak ya?). Dan subsidi BBM itu kita alihkan ke kantong rakyat2x kecil yang masih memakai PUSKESMAS (hehehe).
Saya jadi lebih pas menyebut PUSKESMAS adalah kependekan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Menengah ke bawah? atau miskin? atau tradisional? atau masyarakat pelosok? hehehe)...
Aaah itu sih terserah Anda.... hehehe ada yang masih ke PUSKESMAS kalau sakit? atau POSYANDU? :p
"Lihatlah faktanya. Dengan harga minyak dunia sekarang, subsidi BBM akan menghabiskan hampir Rp. 200 miliar setiap harinya hanya untuk menyangga harga BBM. Berpa sekolah dan Puskesmas, yang dapat kita bangun setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan dengan dana sebesar itu?"
hehe pikiran Saya ketika membaca itu tertuju kepada satu kata. PUSKESMAS....
Kalau Anda bertanya ke anaknya Pak menteri misalnya, "Kemana Anda pergi dikala Anda sakit?". Mungkin Semua atau mayoritas akan menjawab "Saya akan pergi ke Dokter". Sebagian pasti akan menjawab, "Saya akan pergi ke rumah sakit". Bukankah begitu? Pun dengan Saya akan menjawab dengan jawaban yang serupa.
Ada nggak yang kira-kira menjawab, "Saya akan pergi ke PUSKESMAS" atau "saya akan ke POSYANDU?".. hehehe
Saya lahir di Lumajang. Itu adalah kota kecil yang apabila orang bertanya darimana asal kota Saya dan saya menjawab "Lumajang", orang pasti akan mengikuti dengan pertanyaan, "Hah?!! dimana tuh Lumajang?" hehehe... Jadi saking kecilnya kota Lumajang, jarang orang tau akan kota ini.
Seingat Saya, Saya dulu pernah masuk ke PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat?) untuk memeriksa kesehatan (karena PUSKESMAS itu dekat dengan SD Saya dulu). Tapi dibanding dengan PUSKESMAS, lebih sering ke dokter. Tapi Saya jarang sakit, soalnya sampai sekarang Saya masih takut ama dokter apalagi terus disuntik.. hahahaha (malu2xin yaa? :p)
Tapi sekarang, ketika jaman sudah maju, PUSKESMAS lambat laun jarang kita dengar. Kata PUSKESMAS jauh lebih rendah daripada RUMAH SAKIT. PUSKESMAS kalah mentereng dengan kata "Dokter". Padahal, di Puskesmas juga ada dokter or mantri minimal. Hehehe lucu ya kalau dipikir...
Ini adalah gambaran kecil (ingat, kecil!) tentang besarnya jurang kesenjangan sosial. Tingkatan-tingkatan sosial di Indonesia benar-benar terasa dan akan menimbulkan strata-strata baru. Ada ekonomi kelas menangah, kelas atas dan kelas bawah. Ada rakyat kecil, ada rakyat gede, ada rakyat agak gede dikit, ada juga rakyat setengah gede dan setengah kecil (heheh ngasal :p). Walhasil, jangan salahkan apabila kriminalitas tetap tinggi. Karena kurangnya social security (pengaman sosial) dari pemerintah. Dulu sih ada namanya JPS (jaringan Pengaman Sosial?), tapi entah gimana kabarnya sekarang (apa kabar JPS? hehehe). Saya sih berharap, semoga kenaikan BBM dapat menambah kesejahteraan rakyat. Rakyat menjadi equal (bisa gak ya?). Dan subsidi BBM itu kita alihkan ke kantong rakyat2x kecil yang masih memakai PUSKESMAS (hehehe).
Saya jadi lebih pas menyebut PUSKESMAS adalah kependekan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Menengah ke bawah? atau miskin? atau tradisional? atau masyarakat pelosok? hehehe)...
Aaah itu sih terserah Anda.... hehehe ada yang masih ke PUSKESMAS kalau sakit? atau POSYANDU? :p