Tuesday, May 10, 2005
I Learn from Terry Vo
Namanya Terry Vo. Usianya masih 10 tahun dan perawakannya kurus. Ia tinggal di pinggiran kota Perth. Seperti anak kecil lainnya, ia suka bermain, loncat-loncat, kejar-kejaran dan seolah-olah tidak ada beban di dalam hidupnya. Hari itu hari sabtu, hari kedua paskah (easter) setelah hari libur "Good Friday". Tidak ada yang istimewa hari itu. Ia memilih menghabiskan waktunya bermain basket dibelakang rumahnya. Orang sini memang biasa di belakang rumahnya ditaruh ring basket di atas garasi atau tepatnya di temboknya. Seperti impian semua orang agar bisa seperti mike (Michael Jordan) atau "like mike" (iklan Gatorade populer era 90an), ia belajar slam dunk. Hari itu juga, ia belajar slam dunk. Tapi, nasib berkata lain. Ketika ia slam dunk apa yang terjadi?
Tembok yang terbuat dari batu bata sangat berat itu hancur, roboh, runtuh menenggelamkan tubuhnya. Batu bata di Indonesia sama disini berbeda. Batu bata disini sangat tebal dan berat. Menenggelamkan tubuhnya? Iya benar...
Dan itu menyebabkan tangannya langsung putus tus tus atau englishnya, cut off straight away. Kakinya juga begitu. Bahkan dia bilang kalau untung saja tidak mengenai kepalanya, kalau tidak..... kepalanya bisa juga putus. Ketika kejadian itu, ambulan langsung datang. Ia masih di dalam reruntuhan itu tanpa tangan dan kakinya. Tangan dan kakinya yang terputus dimasukkan ke dalam ember dan ditaruh es.
Ketika dalam evakuasi, ia sangat tenang sekali. Bahkan dikatakan oleh salah seorang dokter "I've never met anyone quite like Terry Vo. First there's the sparkle in his eyes, the smile, then his courage, his calmness and his spirit". Pada saat itu, ayahnya bertanya kepada dia di reruntuhan apakah dia baik-baik saja. Ia jawab "I'm okay. I'm still alive, I'm okay" dengan sangat tenang.
Yang luar biasa lagi ketika ambulans datang, ia ditanya masih di dalam reruntuhan dengan sebuah pertanyaan "how old are you?"... Orang yang tidak tenang dan pesimis dia akan menjawab "I'm 10". Namun apa yang dijawab Terry Vo?
"I'm 10 and I've got 90 to go."... Bahasa Indonesianya, "Saya berumur 10 tahun dan Saya masih punya 90 tahun lagi".. Ini adalah kata-kata yang selalu Saya ingat ketika dia diwawancarai televisi.
Rupanya, rasa optimis, berani, tenang, berdampak pula kepada keberanian tim dokter untuk me re-attach tangannya. Akhirnya, tangannya berhasil disambung setelah benar-benar putus dari tubuhnya. Kakinya tidak bisa diselamatkan dan sekarang Terry Vo udah belajar menggerakkan jarinya :)
Pesan ku buat Terry Vo, "Good on you, matey!".. I can see you through your eyes on TV your calmness, brave, and not forgetting your sparkling little boy smile. Get well soon and becareful when you play basketball next time..." :)
Entahlah, apa dia masih bisa main basket dengan hilangnya kaki kirinya. Yang jelas, ia masih punya optimisme untuk hidup dan itu setidaknya membuat kita -terutama Saya- belajar banyak sama dia...
Mengulang kata-kata dia, Saya pun berucap "I'm 20 and I've got 90 to go..."
Masih banyak yang bisa dilakukan di hidup ini selain mengeluh, mengeluh dan mengeluh.. And today, I learn something from Terry Vo.. A brave little boy yang penuh dengan optimisme :)
Sumber bahan: Siaran TV 60 minutes dan theage.com
Tembok yang terbuat dari batu bata sangat berat itu hancur, roboh, runtuh menenggelamkan tubuhnya. Batu bata di Indonesia sama disini berbeda. Batu bata disini sangat tebal dan berat. Menenggelamkan tubuhnya? Iya benar...
Dan itu menyebabkan tangannya langsung putus tus tus atau englishnya, cut off straight away. Kakinya juga begitu. Bahkan dia bilang kalau untung saja tidak mengenai kepalanya, kalau tidak..... kepalanya bisa juga putus. Ketika kejadian itu, ambulan langsung datang. Ia masih di dalam reruntuhan itu tanpa tangan dan kakinya. Tangan dan kakinya yang terputus dimasukkan ke dalam ember dan ditaruh es.
Ketika dalam evakuasi, ia sangat tenang sekali. Bahkan dikatakan oleh salah seorang dokter "I've never met anyone quite like Terry Vo. First there's the sparkle in his eyes, the smile, then his courage, his calmness and his spirit". Pada saat itu, ayahnya bertanya kepada dia di reruntuhan apakah dia baik-baik saja. Ia jawab "I'm okay. I'm still alive, I'm okay" dengan sangat tenang.
Yang luar biasa lagi ketika ambulans datang, ia ditanya masih di dalam reruntuhan dengan sebuah pertanyaan "how old are you?"... Orang yang tidak tenang dan pesimis dia akan menjawab "I'm 10". Namun apa yang dijawab Terry Vo?
"I'm 10 and I've got 90 to go."... Bahasa Indonesianya, "Saya berumur 10 tahun dan Saya masih punya 90 tahun lagi".. Ini adalah kata-kata yang selalu Saya ingat ketika dia diwawancarai televisi.
Rupanya, rasa optimis, berani, tenang, berdampak pula kepada keberanian tim dokter untuk me re-attach tangannya. Akhirnya, tangannya berhasil disambung setelah benar-benar putus dari tubuhnya. Kakinya tidak bisa diselamatkan dan sekarang Terry Vo udah belajar menggerakkan jarinya :)
Pesan ku buat Terry Vo, "Good on you, matey!".. I can see you through your eyes on TV your calmness, brave, and not forgetting your sparkling little boy smile. Get well soon and becareful when you play basketball next time..." :)
Entahlah, apa dia masih bisa main basket dengan hilangnya kaki kirinya. Yang jelas, ia masih punya optimisme untuk hidup dan itu setidaknya membuat kita -terutama Saya- belajar banyak sama dia...
Mengulang kata-kata dia, Saya pun berucap "I'm 20 and I've got 90 to go..."
Masih banyak yang bisa dilakukan di hidup ini selain mengeluh, mengeluh dan mengeluh.. And today, I learn something from Terry Vo.. A brave little boy yang penuh dengan optimisme :)
Sumber bahan: Siaran TV 60 minutes dan theage.com