Monday, November 14, 2005
Baik dan Buruk
"...the condition of man ... is a condition of war of everyone against everyone" (Thomas Hobbes)
Semakin hari apa yang dikatakan oleh Hobbes semakin nampak kebenarannya. Sejak dahulu manusia diajarkan untuk selalu positive thinking sehingga berpikir negatif adalah salah. Salahkah berpikir negatif? Padahal disisi lain, Hobbes mengatakan bahwa sesungguhnya "keadaan awal" manusia adalah berperang antara satu dan yang lainnya.
Pada suatu hari anda datang ke terminal yang penuh dan sesak. Kemudian datang seorang berpakaian compang-camping menyapa anda, sok kenal, mengajak anda ngobrol, dan yang lainnya. Bagaimana perasaan anda? was-was, berhati-hati, takut, dan bersiap dengan segala kondisi termasuk membaca ayat kursi.
Ketika anda berada di masjid, kemudian datang orang berpakaian bersih, bertasbih, dan berpeci, bagaimana perasaan anda? tenang, nyaman, dan yang terpenting, kita percaya dia orang baik.
Mungkin saya juga akan berpikir begitu. Tetapi pertanyaannya mengapa bisa demikian? Apakah "tempat" bertemu adalah penentu baik dan buruknya seseorang? Ataukah pakaian dan penampilan adalah kesimpulan antara yang mana yang mighty morphin power Rangers dan mana yang monster dibawah asuhan Rita Repulsa dan Lord Zedd?
Bagi kita, teman yang selalu kita bilang teman adalah teman sesungguhnya. Begitu pula dengan musuh, orang yang selalu kita musuhi adalah asli bernama musuh. Padahal bukan begitu. Dalam sebuah pertemanan, friends are fake but enemies are real. Teman adalah "palsu" dalam artian dia bisa menjadi teman baik dan buruk dengan menyamar salah satu. Tetapi orang yang menjadi musuh kita adalah "nyata" karena kita benci dia dan dia tidak mungkin menyamar menjadi teman.
Begitu pula dengan momen maaf dan memaafkan. Bagi kita, momen itu adalah momen baiknya manusia. Padahal, momen maaf dan memaafkan adalah momen netralitas dimana kita kembali ke titik semula tidak menjadi baik dan tidak menjadi buruk. Artinya, satu jam kemudian kita bisa menjadi baik ataupun buruk lagi. Terlebih, ada yang bilang bahwa memaafkan teman jauh lebih susah daripada memaafkan musuh. Padahal teman yang melakukan kesalahan kepada kita juga terkadang adalah musuh bukan?
Sehingga tafsiran saya atas pernyataan Hobbes adalah manusia itu terdiri dari elemen baik dan buruk, namun tidak ada manusia baik ataupun buruk. Karena bagi penganut Hobbes, manusia itu baik dan buruk. Sehingga pilihannya, apabila kita menganggap seorang itu baik namun ternyata dia jahat, maka kita kecewa. Sebaliknya, apabila kita menganggap orang itu buruk namun dia ternyata baik, maka kita senang.
Jadi sebenarnya berpikir positif, negatif bahkan netral adalah masalah perbedaan persepsi dan sudut pandang dan tak ada yang salah. Karena pada dasarnya unsur manusia adalah keduanya. Tak peduli dimana tempat dia berada, pakaian yang ia pakai, apa yang ada di tangannya, ataupun lainnya, karena ia akan tetap mengandung unsur baik dan buruk, bukan baik atau buruk. Pencuri akan selalu menolong nenek yang akan menyebrang jalan dan pejabat negara juga tetap mencuri uang nenek.
Alright, in this world I only trust two people. One is myself, and I'm afraid the other one is not you.
Semakin hari apa yang dikatakan oleh Hobbes semakin nampak kebenarannya. Sejak dahulu manusia diajarkan untuk selalu positive thinking sehingga berpikir negatif adalah salah. Salahkah berpikir negatif? Padahal disisi lain, Hobbes mengatakan bahwa sesungguhnya "keadaan awal" manusia adalah berperang antara satu dan yang lainnya.
Pada suatu hari anda datang ke terminal yang penuh dan sesak. Kemudian datang seorang berpakaian compang-camping menyapa anda, sok kenal, mengajak anda ngobrol, dan yang lainnya. Bagaimana perasaan anda? was-was, berhati-hati, takut, dan bersiap dengan segala kondisi termasuk membaca ayat kursi.
Ketika anda berada di masjid, kemudian datang orang berpakaian bersih, bertasbih, dan berpeci, bagaimana perasaan anda? tenang, nyaman, dan yang terpenting, kita percaya dia orang baik.
Mungkin saya juga akan berpikir begitu. Tetapi pertanyaannya mengapa bisa demikian? Apakah "tempat" bertemu adalah penentu baik dan buruknya seseorang? Ataukah pakaian dan penampilan adalah kesimpulan antara yang mana yang mighty morphin power Rangers dan mana yang monster dibawah asuhan Rita Repulsa dan Lord Zedd?
Bagi kita, teman yang selalu kita bilang teman adalah teman sesungguhnya. Begitu pula dengan musuh, orang yang selalu kita musuhi adalah asli bernama musuh. Padahal bukan begitu. Dalam sebuah pertemanan, friends are fake but enemies are real. Teman adalah "palsu" dalam artian dia bisa menjadi teman baik dan buruk dengan menyamar salah satu. Tetapi orang yang menjadi musuh kita adalah "nyata" karena kita benci dia dan dia tidak mungkin menyamar menjadi teman.
Begitu pula dengan momen maaf dan memaafkan. Bagi kita, momen itu adalah momen baiknya manusia. Padahal, momen maaf dan memaafkan adalah momen netralitas dimana kita kembali ke titik semula tidak menjadi baik dan tidak menjadi buruk. Artinya, satu jam kemudian kita bisa menjadi baik ataupun buruk lagi. Terlebih, ada yang bilang bahwa memaafkan teman jauh lebih susah daripada memaafkan musuh. Padahal teman yang melakukan kesalahan kepada kita juga terkadang adalah musuh bukan?
Sehingga tafsiran saya atas pernyataan Hobbes adalah manusia itu terdiri dari elemen baik dan buruk, namun tidak ada manusia baik ataupun buruk. Karena bagi penganut Hobbes, manusia itu baik dan buruk. Sehingga pilihannya, apabila kita menganggap seorang itu baik namun ternyata dia jahat, maka kita kecewa. Sebaliknya, apabila kita menganggap orang itu buruk namun dia ternyata baik, maka kita senang.
Jadi sebenarnya berpikir positif, negatif bahkan netral adalah masalah perbedaan persepsi dan sudut pandang dan tak ada yang salah. Karena pada dasarnya unsur manusia adalah keduanya. Tak peduli dimana tempat dia berada, pakaian yang ia pakai, apa yang ada di tangannya, ataupun lainnya, karena ia akan tetap mengandung unsur baik dan buruk, bukan baik atau buruk. Pencuri akan selalu menolong nenek yang akan menyebrang jalan dan pejabat negara juga tetap mencuri uang nenek.
Alright, in this world I only trust two people. One is myself, and I'm afraid the other one is not you.