Tuesday, November 01, 2005
Idul Fitri
Dua hari menjelang hari raya idul fitri. Fenomena yang luar biasa yang selalu membuat saya kagum. Saya katakan luar biasa karena ternyata segala macam peralatan komunikasi secanggih apapun itu belum cukup (sekali lagi, belum cukup) untuk mengalahkan hubungan manusia secara fisik dalam artian bertemu. Ikatan emosional jauh lebih kuat dari teknologi semata.
Ketika itu, hampir semua denyut nadi kota berhenti sejenak. Dari yang baik maupun yang buruk. Pedagang dan pekerja pencari nafkah di Jakarta sudah kembali pulang ke desa, koruptor berhenti sejenak untuk berkorupsi, DPR berhenti sejenak menikmati tunjungan berlimpah, Mahkamah Agung 'beristirahat' memperjual-belikan dagangan bernama kasus dan lain sebagainya. Kata 'istirahat' mungkin lebih tepat menggambarkan semuanya. Secara ekonomi pun demikian. Masyarakat berhenti melakukan kegiatan ekonomi.
Tetapi, sebetulnya kurang pas kalau dikatakan berhenti. Karena disana ada sebuah kekuatan ekonomi yang kuat yakni Zakat Fitrah. Selama ini, zakat fitrah mungkin hanya dijadikan sebuah ritual tahunan. Tetapi saya sadar bahwa sebenarnya zakat fitrah itu merupakan pergerakan ekonomi kuat yang down to earth sekali. Pergerakan uang mengalir kebawah dari top to down. Bukan dari bottom to top.
Katakan jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah 200 juta dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia saat ini. Yang mampu membayar zakat 140 juta dan yang 60 juta adalah mustahiq zakat (berhak menerima zakat). Katakan zakat per orang adalah Rp.5000,- (bahkan mungkin lebih), maka 140 juta x Rp.5000,00 = Rp. 700.000.000.000 atau 700 miliar. Andaikan juga zakat itu dilakukan setiap bulan maka 700 miliar x 12 bulan = Rp. 8.400.000.000.000 atau Rp. 8, 4 triliun. Tetapi zakat wajib umumnya hanya dilakukan setahun dan saya "bermimpi" ini bisa dilakukan setiap bulan. Karena zakat kalau tidak salah termasuk hukum fiqih yang masih bisa "diganggu gugat" dan tidak statis. Sama seperti 'mimpi' saya ketika idul adha dengan bertanya, "kenapa kok kambing2x kurban itu langsung dihabiskan dalam sekejap dan bukan diternak dulu agar bisa lebih banyak dan digunakan sepanjang tahun?". Islam tidak statis dan harus ada inovasi dari penerapan teory. Pertanyaan lain yang muncul di kepala adalah "bisakah harta koruptor disucikan?" :)
Tehnik menghitung semacam ini sebetulnya adalah contoh dari mantan Presiden terbaik Indonesia (versi saya), BJ Habibie. Ketika itu beliau mengajak umat Islam untuk berpuasa senin-kamis sekalian menghemat beras seraya menghitung penghematan yang bisa dilakukan di sektor agraris dan lainnya. Alhasil, pertumbuhan ekonomi yang dinamis membuat beliau berhasil mendongkrak rupiah ke level 7000an dari 16000-17000an per dolar US. Perlu diingat pula bahwa ketika itu beliau tidak punya seorang wakil presiden alias bekerja sendiri. Tetapi pada akhirnya rumus bangsa ini menyatakan bahwa orang jujur, harus disingkirkan. Mengenaskan.
Terlepas dari itu semua, saya pribadi mengucapkan "Taqqoballallahu minna wa minkum. Selamat hari raya idul fitri 1426H. Mohon maaf lahir dan batin". Mari sedikit demi sedikit, kita mencari rahasia dibalik fenomena idul fitri, mudik, zakat fitrah dan tentunya fenomena Tuhan mengobral pahala di bulan Ramadan. Supaya umat Islam juga punya kontribusi berarti dalam bidang sosial kemanusiaan dan bukan hanya 'berkelahi' bagaimana hukum memakai jilbab atau gimana hukumnya nikah antar agama, misalnya.
Selamat berhari raya. Have fun, take care dan salam saya buat semua :)
Ketika itu, hampir semua denyut nadi kota berhenti sejenak. Dari yang baik maupun yang buruk. Pedagang dan pekerja pencari nafkah di Jakarta sudah kembali pulang ke desa, koruptor berhenti sejenak untuk berkorupsi, DPR berhenti sejenak menikmati tunjungan berlimpah, Mahkamah Agung 'beristirahat' memperjual-belikan dagangan bernama kasus dan lain sebagainya. Kata 'istirahat' mungkin lebih tepat menggambarkan semuanya. Secara ekonomi pun demikian. Masyarakat berhenti melakukan kegiatan ekonomi.
Tetapi, sebetulnya kurang pas kalau dikatakan berhenti. Karena disana ada sebuah kekuatan ekonomi yang kuat yakni Zakat Fitrah. Selama ini, zakat fitrah mungkin hanya dijadikan sebuah ritual tahunan. Tetapi saya sadar bahwa sebenarnya zakat fitrah itu merupakan pergerakan ekonomi kuat yang down to earth sekali. Pergerakan uang mengalir kebawah dari top to down. Bukan dari bottom to top.
Katakan jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah 200 juta dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia saat ini. Yang mampu membayar zakat 140 juta dan yang 60 juta adalah mustahiq zakat (berhak menerima zakat). Katakan zakat per orang adalah Rp.5000,- (bahkan mungkin lebih), maka 140 juta x Rp.5000,00 = Rp. 700.000.000.000 atau 700 miliar. Andaikan juga zakat itu dilakukan setiap bulan maka 700 miliar x 12 bulan = Rp. 8.400.000.000.000 atau Rp. 8, 4 triliun. Tetapi zakat wajib umumnya hanya dilakukan setahun dan saya "bermimpi" ini bisa dilakukan setiap bulan. Karena zakat kalau tidak salah termasuk hukum fiqih yang masih bisa "diganggu gugat" dan tidak statis. Sama seperti 'mimpi' saya ketika idul adha dengan bertanya, "kenapa kok kambing2x kurban itu langsung dihabiskan dalam sekejap dan bukan diternak dulu agar bisa lebih banyak dan digunakan sepanjang tahun?". Islam tidak statis dan harus ada inovasi dari penerapan teory. Pertanyaan lain yang muncul di kepala adalah "bisakah harta koruptor disucikan?" :)
Tehnik menghitung semacam ini sebetulnya adalah contoh dari mantan Presiden terbaik Indonesia (versi saya), BJ Habibie. Ketika itu beliau mengajak umat Islam untuk berpuasa senin-kamis sekalian menghemat beras seraya menghitung penghematan yang bisa dilakukan di sektor agraris dan lainnya. Alhasil, pertumbuhan ekonomi yang dinamis membuat beliau berhasil mendongkrak rupiah ke level 7000an dari 16000-17000an per dolar US. Perlu diingat pula bahwa ketika itu beliau tidak punya seorang wakil presiden alias bekerja sendiri. Tetapi pada akhirnya rumus bangsa ini menyatakan bahwa orang jujur, harus disingkirkan. Mengenaskan.
Terlepas dari itu semua, saya pribadi mengucapkan "Taqqoballallahu minna wa minkum. Selamat hari raya idul fitri 1426H. Mohon maaf lahir dan batin". Mari sedikit demi sedikit, kita mencari rahasia dibalik fenomena idul fitri, mudik, zakat fitrah dan tentunya fenomena Tuhan mengobral pahala di bulan Ramadan. Supaya umat Islam juga punya kontribusi berarti dalam bidang sosial kemanusiaan dan bukan hanya 'berkelahi' bagaimana hukum memakai jilbab atau gimana hukumnya nikah antar agama, misalnya.
Selamat berhari raya. Have fun, take care dan salam saya buat semua :)