Tuesday, August 15, 2006
Pakde Karwo
Bagi saya, sebenarnya yang menarik dari Surabaya bukan pisang ponti, bukan pula berdirinya mal-mal dan infrastruktur swasta yang lebih cepat berdiri dibanding dengan infrastruktur publik. Namun yang menarik adalah kata "Pakde".
Tiba2x saja beberapa bulan terakhir ini publik di Surabaya (khususnya) dan Jatim (umumnya) dibombardir oleh produk2x berbau Pakde. Contoh, kacang garing Pakde, campursari Pakde, beasiswa "Pakde peduli pendidikan", stiker2x Pakde "tertib lalu lintas" di angkutan umum dan lain sebagainya. Bahkan saya sudah menemui beberapa warung kopi yang sudah menggunakan spanduk atau merek "Warung Kopi Pakde".
Siapa, apa dan mengapa Pakde? Saya mencoba mengulas dari hasil beberapa obrolan dan pengamatan. Sekedar peringatan, kalau anda tidak menyukai politik atau marketing, jangan lanjutkan bacaaan ini.
Kalau tidak salah, awal mula kata Pakde adalah di kalangan wartawan. Ungkapan ini dipakai untuk menyebut nama Sekdaprov Jatim Dr. Soekarwo, SH, Mhum. Setelah dari wartawan, ungkapan ini berkembang luas dan Pak Karwo (panggilan akrab Soekarwo), membaca fenomena ini. Akhirnya dengan sigap, dibuatlah sebuah karikatur yang katanya "mirip" Soekarwo dengan nama Pakde (tentu ada tujuannya). Ujung-ujungnya pula dibuat sebuah "brand" (merek) bernama Pakde dengan karikatur tadi. Produknya sebagian saya sebutkan diatas.
Kalau kita merujuk pada situasi politik di Jatim, setidaknya ada 2 kandidat kuat calon Gubernur Jatim 2008-2013. Pertama adalah wagub Jatim Soenarjo, kedua adalah Seokarwo. Gubernur sekarang Imam Utomo (cak imut), tidak bisa maju lagi karena sudah 2 kali masa jabatan dan dialah gubernur Jatim pertama kali dengan 2 masa jabatan.
Analisa yang ada, Seonarjo lebih diuntungkan karena lebih dikenal di jajaran akar rumput. Selain posisinya sekarang sebagai wagub, dulu ia pernah menjabat sebagai Sekdaprov. Soekarwo, dirugikan karena tidak dikenal. Sehingga tugas utama Soekarwo adalah "dikenal masyarakat Jatim". Memang popularitas bukan esensi utama dalam meraih kemenangan, tetapi ingat ini adalah pilihan langsung rakyat sehingga "perkenalan" harus tetap dilakukan. Seokarwo yang saya kenal memang pintar, komunikatif dan birokrat sejati.
Kedua orang ini melakukan trik "kampanye" yang berbeda. Dari sumber yang terpercaya, 2 orang ini menggunakan tim yang dulu bekerja sama dibalik sukses Bambang DH - Arif Afandi meraih kursi walikota-wawali Surabaya. Kini satu tim tersebut pecah kongsi dalam Pilgub 2008 ini. Sebut saja tim A dan tim B. Menariknya, kedua tim menggunakan 2 strategi yang berbeda dengan disiplin ilmu yang berbeda.
Soenarjo, yang memakai tim A, memahami betul bahwa ini adalah ranah politik sehingga memilih tim A. Tim A dikomandoi oleh seorang dosen yang political analyst dari Surabaya sekaligus direktur sebuah LSM. Namun, hingga saat ini, "kampanye" belum terlihat kasat mata. Mungkin hanya sebatas "kunjungan" ke daerah.
Seokarwo, yang lebih "dirugikan", jauh lebih mementingkan "bagaimana caranya biar saya dikenal". Dia tahu betul bahwa ia butuh "jual diri". Caranya cukup inovatif dengan memilih tim B. Tim B adalah tim yang dihuni oleh pemasar atau tim marketing. Pak Karwo mengerti bahwa zaman telah berubah. Political marketing dibutuhkan, bukan hanya politiknya saja.
Dimana2x muncul lah "merek" Pakde. Muncul di TV, koran, dan produk2x menggunakan brand name "Pakde". Hasilnya, kini orang2x kampung mengerti apa itu Pakde. Di otak mereka sudah tertancap nama Pakde. Artinya sudah ada brand awareness tentang Pakde di Jatim.
Di sebuah radio terkemuka di Surabaya, iklan "kacang garing Pakde" sempat ditolak karena dianggap politis. Namun, tim B berpendapat "dimana politsnya?". Pakde adalah sebuah produk kacang garing dan tidak ada tulisan maupun klaim dari kacang garing pakde bahwa "Pakde adalah Soekarwo". Pada akhirnya, radio itu menerima iklan tersbut dan iklannya telah on air. Cukup cerdas memang.
Saat ini, orang2x mengetahui "Pakde is product". Nanti, ketika gaung Pilgub Jatim 2008 telah dibuka, tim B tentu akan terang-terangan membuat image dan positioning baru yaitu "Pakde is Soekarwo". Product Awareness telah ada, tinggal liking dan preference dari pemilih yang harus diperhitungkan oleh tim B.
Menarik untuk ditunggu. Apakah tim A yang menggunakan teori politik ataukah tim B yang menggunakan political marketing yang akan memenangkan Pilgub Jatim?
Yang pasti, andaikata Pakde Karwo kalah, dia telah mengantongi satu 'perusahaan' baru, brand name "Pakde" dengan awareness ttg produk yang cukup tinggi di masyarakat. Salut untuk Pakde Karwo.
Sayang, tak ada satupun calon yang mempunyai blog atau mungkin website... "Ga internasional banget sih" :p
Tiba2x saja beberapa bulan terakhir ini publik di Surabaya (khususnya) dan Jatim (umumnya) dibombardir oleh produk2x berbau Pakde. Contoh, kacang garing Pakde, campursari Pakde, beasiswa "Pakde peduli pendidikan", stiker2x Pakde "tertib lalu lintas" di angkutan umum dan lain sebagainya. Bahkan saya sudah menemui beberapa warung kopi yang sudah menggunakan spanduk atau merek "Warung Kopi Pakde".
Siapa, apa dan mengapa Pakde? Saya mencoba mengulas dari hasil beberapa obrolan dan pengamatan. Sekedar peringatan, kalau anda tidak menyukai politik atau marketing, jangan lanjutkan bacaaan ini.
Kalau tidak salah, awal mula kata Pakde adalah di kalangan wartawan. Ungkapan ini dipakai untuk menyebut nama Sekdaprov Jatim Dr. Soekarwo, SH, Mhum. Setelah dari wartawan, ungkapan ini berkembang luas dan Pak Karwo (panggilan akrab Soekarwo), membaca fenomena ini. Akhirnya dengan sigap, dibuatlah sebuah karikatur yang katanya "mirip" Soekarwo dengan nama Pakde (tentu ada tujuannya). Ujung-ujungnya pula dibuat sebuah "brand" (merek) bernama Pakde dengan karikatur tadi. Produknya sebagian saya sebutkan diatas.
Kalau kita merujuk pada situasi politik di Jatim, setidaknya ada 2 kandidat kuat calon Gubernur Jatim 2008-2013. Pertama adalah wagub Jatim Soenarjo, kedua adalah Seokarwo. Gubernur sekarang Imam Utomo (cak imut), tidak bisa maju lagi karena sudah 2 kali masa jabatan dan dialah gubernur Jatim pertama kali dengan 2 masa jabatan.
Analisa yang ada, Seonarjo lebih diuntungkan karena lebih dikenal di jajaran akar rumput. Selain posisinya sekarang sebagai wagub, dulu ia pernah menjabat sebagai Sekdaprov. Soekarwo, dirugikan karena tidak dikenal. Sehingga tugas utama Soekarwo adalah "dikenal masyarakat Jatim". Memang popularitas bukan esensi utama dalam meraih kemenangan, tetapi ingat ini adalah pilihan langsung rakyat sehingga "perkenalan" harus tetap dilakukan. Seokarwo yang saya kenal memang pintar, komunikatif dan birokrat sejati.
Kedua orang ini melakukan trik "kampanye" yang berbeda. Dari sumber yang terpercaya, 2 orang ini menggunakan tim yang dulu bekerja sama dibalik sukses Bambang DH - Arif Afandi meraih kursi walikota-wawali Surabaya. Kini satu tim tersebut pecah kongsi dalam Pilgub 2008 ini. Sebut saja tim A dan tim B. Menariknya, kedua tim menggunakan 2 strategi yang berbeda dengan disiplin ilmu yang berbeda.
Soenarjo, yang memakai tim A, memahami betul bahwa ini adalah ranah politik sehingga memilih tim A. Tim A dikomandoi oleh seorang dosen yang political analyst dari Surabaya sekaligus direktur sebuah LSM. Namun, hingga saat ini, "kampanye" belum terlihat kasat mata. Mungkin hanya sebatas "kunjungan" ke daerah.
Seokarwo, yang lebih "dirugikan", jauh lebih mementingkan "bagaimana caranya biar saya dikenal". Dia tahu betul bahwa ia butuh "jual diri". Caranya cukup inovatif dengan memilih tim B. Tim B adalah tim yang dihuni oleh pemasar atau tim marketing. Pak Karwo mengerti bahwa zaman telah berubah. Political marketing dibutuhkan, bukan hanya politiknya saja.
Dimana2x muncul lah "merek" Pakde. Muncul di TV, koran, dan produk2x menggunakan brand name "Pakde". Hasilnya, kini orang2x kampung mengerti apa itu Pakde. Di otak mereka sudah tertancap nama Pakde. Artinya sudah ada brand awareness tentang Pakde di Jatim.
Di sebuah radio terkemuka di Surabaya, iklan "kacang garing Pakde" sempat ditolak karena dianggap politis. Namun, tim B berpendapat "dimana politsnya?". Pakde adalah sebuah produk kacang garing dan tidak ada tulisan maupun klaim dari kacang garing pakde bahwa "Pakde adalah Soekarwo". Pada akhirnya, radio itu menerima iklan tersbut dan iklannya telah on air. Cukup cerdas memang.
Saat ini, orang2x mengetahui "Pakde is product". Nanti, ketika gaung Pilgub Jatim 2008 telah dibuka, tim B tentu akan terang-terangan membuat image dan positioning baru yaitu "Pakde is Soekarwo". Product Awareness telah ada, tinggal liking dan preference dari pemilih yang harus diperhitungkan oleh tim B.
Menarik untuk ditunggu. Apakah tim A yang menggunakan teori politik ataukah tim B yang menggunakan political marketing yang akan memenangkan Pilgub Jatim?
Yang pasti, andaikata Pakde Karwo kalah, dia telah mengantongi satu 'perusahaan' baru, brand name "Pakde" dengan awareness ttg produk yang cukup tinggi di masyarakat. Salut untuk Pakde Karwo.
Sayang, tak ada satupun calon yang mempunyai blog atau mungkin website... "Ga internasional banget sih" :p