Tuesday, February 01, 2005
Nyawa Hidup dan Nyawa Kehidupan
Sudah selayaknyalah kita menyadari bahwa hidup ini penuh dengan nyawa-nyawa. Nyawaku, nyawamu, dan nyawanya. Dasarnya, kita semua punya nyawa-nyawa yang entah letaknya dimana (ada yang tau letaknya dimana? :p). Mungkin di jantung, mungkin juga di otak. Entahlah, Saya sendiri juga gak ngerti gimana sih bentuk dan dimana sih letak nyawa yang sering kita bicarakan. Yang kita tahu, kita hanya punya satu nyawa agar ruh kita dan fisik kita tetap menyatu dalam satu kesatuan yang padu sehingga kita tetap dikatakan, hidup. Dan satu hal yang pasti, nyawa itu ternyata hanya bisa dicabut oleh malaikat (entah malaikat siapa tergantung agama Anda) atas perintah Tuhan.
"aaaahh gue besok mau bunuh itu orang. Tak tusuk dari belakang".
Ungkapan itu bukan berarti Anda dengan pasti bisa membunuhnya (mengambil nyawanya) dengan serta merta menurut waktu dan tempat yang telah Anda tentukan untuk menusuknya. Misalnya, Anda akan menusuk dia di toilet tapi ternyata waktu itu dia tidak kebelet pipis, maka rencana Anda bisa dipastikan gagal karena dia ternyata tidak kebelet pipis, malah kebelet minum ke dapur. Akhirnya, seperti diatas tadi, nyawa hanya bisa dicabut oleh malaikat atas perintah tuhan :)
Ternyata, di balik nyawa primer atau nyawa hidup yang kita punyai, ada nyawa-nyawa lain yang apabila nyawa itu tidak berada bersama kita, kita akan merasa kehilangan. Nyawa-nyawa itu biasanya berbentuk, ada juga yang tidak berbentuk. Untuk nyawa yang satu ini saya menyebutnya sebagai nyawa sekunder atau nyawa kehidupan. hohoho
Salah satu nyawa kehidupan bagi Saya adalah ketika uang AUD$10.000 yang tidak jadi hilang itu kembali. Tentu apabila nyawa itu hilang, Saya akan merasa sangat kehilangan.
Nyawa bagi seorang pemusik adalah ketika tidak ada lagi yang beli album mereka atau bahkan ia tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan lagu. Nyawa bagi seorang blogger adalah ketika tiada lagi hewan yang bernama internet di dunia ini atau mungkin ketika blog hanya dikatakan sebagai "sebuah trend". Nyawa bagi blog ini adalah ketika tiba-tiba blogger.com menarik iuran (kayak iuran TV aja :p) kepada pemakainya. Nyawa bagi mahasiswa adalah uang kiriman yang ia terima setiap bulan. Nyawa bagi seorang petani adalah ketika dirinya tak mampu lagi untuk nyawah di sawahnya atau sawahnya yang hijau telah menjadi gedung-gedung pencakar langit.
Dan tentu, tak lupa juga...
Nyawa bagi seorang yang haus akan popularitas adalah ketika ia kehilangan popularitasnya, yang terindikasi akan tidak ada wartawan yang menghiraukannya dan ia pun mencari jalan lain (I call it desperate way) dengan cara mengirim surat pembaca ke majalah TEMPO :p atau mungkin nyawanya adalah ketika ia beranggapan bahwa ada "character assasination" yang dilakukan kepadanya? :)
Aaahhh.. Nyawa hidup hanya satu, tapi nyawa kehidupan itu banyak. Nyawa hidup kita ada di tuhan, tapi nyawa kehidupan kita ada di diri kita masing-masing dan bisa jadi di tangan orang.
Kita mungkin tidak bisa lepas begitu saja dari nyawa-nyawa itu. Karena esensi dari nyawa adalah kita "mati" apabila kita kehilangan. Kita tidak bisa hidup tanpanya. Seperti ketergantungan kita kepada e-mail2x gratisan dan mungkin google serta beberapa fasilitas gratis lainnya.
Aaahh.. kapan kita bisa hidup mandiri tanpa nyawa? Saya pun tak tahu...
Bagaimana dengan nyawa kehidupan Anda? Gimana kabarnya? :)
You can only live once, but if you live right, once is enough
- Joe E. Lewis
"aaaahh gue besok mau bunuh itu orang. Tak tusuk dari belakang".
Ungkapan itu bukan berarti Anda dengan pasti bisa membunuhnya (mengambil nyawanya) dengan serta merta menurut waktu dan tempat yang telah Anda tentukan untuk menusuknya. Misalnya, Anda akan menusuk dia di toilet tapi ternyata waktu itu dia tidak kebelet pipis, maka rencana Anda bisa dipastikan gagal karena dia ternyata tidak kebelet pipis, malah kebelet minum ke dapur. Akhirnya, seperti diatas tadi, nyawa hanya bisa dicabut oleh malaikat atas perintah tuhan :)
Ternyata, di balik nyawa primer atau nyawa hidup yang kita punyai, ada nyawa-nyawa lain yang apabila nyawa itu tidak berada bersama kita, kita akan merasa kehilangan. Nyawa-nyawa itu biasanya berbentuk, ada juga yang tidak berbentuk. Untuk nyawa yang satu ini saya menyebutnya sebagai nyawa sekunder atau nyawa kehidupan. hohoho
Salah satu nyawa kehidupan bagi Saya adalah ketika uang AUD$10.000 yang tidak jadi hilang itu kembali. Tentu apabila nyawa itu hilang, Saya akan merasa sangat kehilangan.
Nyawa bagi seorang pemusik adalah ketika tidak ada lagi yang beli album mereka atau bahkan ia tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan lagu. Nyawa bagi seorang blogger adalah ketika tiada lagi hewan yang bernama internet di dunia ini atau mungkin ketika blog hanya dikatakan sebagai "sebuah trend". Nyawa bagi blog ini adalah ketika tiba-tiba blogger.com menarik iuran (kayak iuran TV aja :p) kepada pemakainya. Nyawa bagi mahasiswa adalah uang kiriman yang ia terima setiap bulan. Nyawa bagi seorang petani adalah ketika dirinya tak mampu lagi untuk nyawah di sawahnya atau sawahnya yang hijau telah menjadi gedung-gedung pencakar langit.
Dan tentu, tak lupa juga...
Nyawa bagi seorang yang haus akan popularitas adalah ketika ia kehilangan popularitasnya, yang terindikasi akan tidak ada wartawan yang menghiraukannya dan ia pun mencari jalan lain (I call it desperate way) dengan cara mengirim surat pembaca ke majalah TEMPO :p atau mungkin nyawanya adalah ketika ia beranggapan bahwa ada "character assasination" yang dilakukan kepadanya? :)
Aaahhh.. Nyawa hidup hanya satu, tapi nyawa kehidupan itu banyak. Nyawa hidup kita ada di tuhan, tapi nyawa kehidupan kita ada di diri kita masing-masing dan bisa jadi di tangan orang.
Kita mungkin tidak bisa lepas begitu saja dari nyawa-nyawa itu. Karena esensi dari nyawa adalah kita "mati" apabila kita kehilangan. Kita tidak bisa hidup tanpanya. Seperti ketergantungan kita kepada e-mail2x gratisan dan mungkin google serta beberapa fasilitas gratis lainnya.
Aaahh.. kapan kita bisa hidup mandiri tanpa nyawa? Saya pun tak tahu...
Bagaimana dengan nyawa kehidupan Anda? Gimana kabarnya? :)
You can only live once, but if you live right, once is enough
- Joe E. Lewis