Monday, November 28, 2005
Kekuatan Istirahat
Dalam kacamata orang awam, hal yang paling menentukan dalam olahraga tinju adalah kekuatan dalam memukul lawan serta daya tahan. Padahal bukan itu saja, masih ada banyak hal penting bahkan lebih penting dari itu. Contohnya keserasian pergerakan kaki untuk bergerak ke samping kanan, kiri, depan dan belakang. Ini sangat penting guna menjaga keseimbangan badan dan menghindari pukulan lawan.
Hal lain yang menurut kita menentukan adalah keras tidaknya pukulan yang dilancarkan. Padahal, namanya petinju itu pasti tahan terhadap pukulan. Sehingga yang harus dilakukan adalah mencari titik kelemahan dan memukulnya dengan pukulan yang bagus, bukan pukulan yang keras.
Beda lagi dalam olahraga renang, menurut kita yang paling menentukan dalam berenang adalah banyaknya serta kecepatan stroke atau perputaran tangan dari seorang perenang. Ternyata dalam latihan renang justru sesorang dikatakan yahud adalah ketika stroke dia paling sedikit. Misalnya hari ini dalam jarak 50m bisa dilakukan dengan 40 stroke, maka besok setidaknya harus bisa melakukan 39 stroke dengan kecepatan yang sama. Ini melatih efisiensi, kekuatan dan daya tahan.
Namun hal-hal kecil seperti ini selalu lepas dari pikiran kita. Secara kita itu penonton, tugas kita hanya menonton pertandingan yang seru.
Terlebih lagi, yang selalu kita lupakan dan lepas dari pengamatan kita adalah mereka semua butuh kekuatan bernama istirahat. Di dalam istirahat, mereka membangun sebuah "kekuatan" baru.
Dan beberapa hari lagi saya juga akan istirahat menikmati liburan pengganti mudik lebaran. Libur dari buku2x dan essay2x yang harus saya kerjakan. Jenuh! Tetapi kalau menulis disini, saya akan tetap kerjakan, insyaAllah. I'll write about everything that distracts my mind, everything surounds me, anything that I look, feel, touch, hear and discuss. ah senangnya :) semoga bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang minimal dengan tulisan. Amien.
Well, I guess I'll see you soon in my trip :)
Hal lain yang menurut kita menentukan adalah keras tidaknya pukulan yang dilancarkan. Padahal, namanya petinju itu pasti tahan terhadap pukulan. Sehingga yang harus dilakukan adalah mencari titik kelemahan dan memukulnya dengan pukulan yang bagus, bukan pukulan yang keras.
Beda lagi dalam olahraga renang, menurut kita yang paling menentukan dalam berenang adalah banyaknya serta kecepatan stroke atau perputaran tangan dari seorang perenang. Ternyata dalam latihan renang justru sesorang dikatakan yahud adalah ketika stroke dia paling sedikit. Misalnya hari ini dalam jarak 50m bisa dilakukan dengan 40 stroke, maka besok setidaknya harus bisa melakukan 39 stroke dengan kecepatan yang sama. Ini melatih efisiensi, kekuatan dan daya tahan.
Namun hal-hal kecil seperti ini selalu lepas dari pikiran kita. Secara kita itu penonton, tugas kita hanya menonton pertandingan yang seru.
Terlebih lagi, yang selalu kita lupakan dan lepas dari pengamatan kita adalah mereka semua butuh kekuatan bernama istirahat. Di dalam istirahat, mereka membangun sebuah "kekuatan" baru.
Dan beberapa hari lagi saya juga akan istirahat menikmati liburan pengganti mudik lebaran. Libur dari buku2x dan essay2x yang harus saya kerjakan. Jenuh! Tetapi kalau menulis disini, saya akan tetap kerjakan, insyaAllah. I'll write about everything that distracts my mind, everything surounds me, anything that I look, feel, touch, hear and discuss. ah senangnya :) semoga bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang minimal dengan tulisan. Amien.
Well, I guess I'll see you soon in my trip :)
Monday, November 14, 2005
Baik dan Buruk
"...the condition of man ... is a condition of war of everyone against everyone" (Thomas Hobbes)
Semakin hari apa yang dikatakan oleh Hobbes semakin nampak kebenarannya. Sejak dahulu manusia diajarkan untuk selalu positive thinking sehingga berpikir negatif adalah salah. Salahkah berpikir negatif? Padahal disisi lain, Hobbes mengatakan bahwa sesungguhnya "keadaan awal" manusia adalah berperang antara satu dan yang lainnya.
Pada suatu hari anda datang ke terminal yang penuh dan sesak. Kemudian datang seorang berpakaian compang-camping menyapa anda, sok kenal, mengajak anda ngobrol, dan yang lainnya. Bagaimana perasaan anda? was-was, berhati-hati, takut, dan bersiap dengan segala kondisi termasuk membaca ayat kursi.
Ketika anda berada di masjid, kemudian datang orang berpakaian bersih, bertasbih, dan berpeci, bagaimana perasaan anda? tenang, nyaman, dan yang terpenting, kita percaya dia orang baik.
Mungkin saya juga akan berpikir begitu. Tetapi pertanyaannya mengapa bisa demikian? Apakah "tempat" bertemu adalah penentu baik dan buruknya seseorang? Ataukah pakaian dan penampilan adalah kesimpulan antara yang mana yang mighty morphin power Rangers dan mana yang monster dibawah asuhan Rita Repulsa dan Lord Zedd?
Bagi kita, teman yang selalu kita bilang teman adalah teman sesungguhnya. Begitu pula dengan musuh, orang yang selalu kita musuhi adalah asli bernama musuh. Padahal bukan begitu. Dalam sebuah pertemanan, friends are fake but enemies are real. Teman adalah "palsu" dalam artian dia bisa menjadi teman baik dan buruk dengan menyamar salah satu. Tetapi orang yang menjadi musuh kita adalah "nyata" karena kita benci dia dan dia tidak mungkin menyamar menjadi teman.
Begitu pula dengan momen maaf dan memaafkan. Bagi kita, momen itu adalah momen baiknya manusia. Padahal, momen maaf dan memaafkan adalah momen netralitas dimana kita kembali ke titik semula tidak menjadi baik dan tidak menjadi buruk. Artinya, satu jam kemudian kita bisa menjadi baik ataupun buruk lagi. Terlebih, ada yang bilang bahwa memaafkan teman jauh lebih susah daripada memaafkan musuh. Padahal teman yang melakukan kesalahan kepada kita juga terkadang adalah musuh bukan?
Sehingga tafsiran saya atas pernyataan Hobbes adalah manusia itu terdiri dari elemen baik dan buruk, namun tidak ada manusia baik ataupun buruk. Karena bagi penganut Hobbes, manusia itu baik dan buruk. Sehingga pilihannya, apabila kita menganggap seorang itu baik namun ternyata dia jahat, maka kita kecewa. Sebaliknya, apabila kita menganggap orang itu buruk namun dia ternyata baik, maka kita senang.
Jadi sebenarnya berpikir positif, negatif bahkan netral adalah masalah perbedaan persepsi dan sudut pandang dan tak ada yang salah. Karena pada dasarnya unsur manusia adalah keduanya. Tak peduli dimana tempat dia berada, pakaian yang ia pakai, apa yang ada di tangannya, ataupun lainnya, karena ia akan tetap mengandung unsur baik dan buruk, bukan baik atau buruk. Pencuri akan selalu menolong nenek yang akan menyebrang jalan dan pejabat negara juga tetap mencuri uang nenek.
Alright, in this world I only trust two people. One is myself, and I'm afraid the other one is not you.
Semakin hari apa yang dikatakan oleh Hobbes semakin nampak kebenarannya. Sejak dahulu manusia diajarkan untuk selalu positive thinking sehingga berpikir negatif adalah salah. Salahkah berpikir negatif? Padahal disisi lain, Hobbes mengatakan bahwa sesungguhnya "keadaan awal" manusia adalah berperang antara satu dan yang lainnya.
Pada suatu hari anda datang ke terminal yang penuh dan sesak. Kemudian datang seorang berpakaian compang-camping menyapa anda, sok kenal, mengajak anda ngobrol, dan yang lainnya. Bagaimana perasaan anda? was-was, berhati-hati, takut, dan bersiap dengan segala kondisi termasuk membaca ayat kursi.
Ketika anda berada di masjid, kemudian datang orang berpakaian bersih, bertasbih, dan berpeci, bagaimana perasaan anda? tenang, nyaman, dan yang terpenting, kita percaya dia orang baik.
Mungkin saya juga akan berpikir begitu. Tetapi pertanyaannya mengapa bisa demikian? Apakah "tempat" bertemu adalah penentu baik dan buruknya seseorang? Ataukah pakaian dan penampilan adalah kesimpulan antara yang mana yang mighty morphin power Rangers dan mana yang monster dibawah asuhan Rita Repulsa dan Lord Zedd?
Bagi kita, teman yang selalu kita bilang teman adalah teman sesungguhnya. Begitu pula dengan musuh, orang yang selalu kita musuhi adalah asli bernama musuh. Padahal bukan begitu. Dalam sebuah pertemanan, friends are fake but enemies are real. Teman adalah "palsu" dalam artian dia bisa menjadi teman baik dan buruk dengan menyamar salah satu. Tetapi orang yang menjadi musuh kita adalah "nyata" karena kita benci dia dan dia tidak mungkin menyamar menjadi teman.
Begitu pula dengan momen maaf dan memaafkan. Bagi kita, momen itu adalah momen baiknya manusia. Padahal, momen maaf dan memaafkan adalah momen netralitas dimana kita kembali ke titik semula tidak menjadi baik dan tidak menjadi buruk. Artinya, satu jam kemudian kita bisa menjadi baik ataupun buruk lagi. Terlebih, ada yang bilang bahwa memaafkan teman jauh lebih susah daripada memaafkan musuh. Padahal teman yang melakukan kesalahan kepada kita juga terkadang adalah musuh bukan?
Sehingga tafsiran saya atas pernyataan Hobbes adalah manusia itu terdiri dari elemen baik dan buruk, namun tidak ada manusia baik ataupun buruk. Karena bagi penganut Hobbes, manusia itu baik dan buruk. Sehingga pilihannya, apabila kita menganggap seorang itu baik namun ternyata dia jahat, maka kita kecewa. Sebaliknya, apabila kita menganggap orang itu buruk namun dia ternyata baik, maka kita senang.
Jadi sebenarnya berpikir positif, negatif bahkan netral adalah masalah perbedaan persepsi dan sudut pandang dan tak ada yang salah. Karena pada dasarnya unsur manusia adalah keduanya. Tak peduli dimana tempat dia berada, pakaian yang ia pakai, apa yang ada di tangannya, ataupun lainnya, karena ia akan tetap mengandung unsur baik dan buruk, bukan baik atau buruk. Pencuri akan selalu menolong nenek yang akan menyebrang jalan dan pejabat negara juga tetap mencuri uang nenek.
Alright, in this world I only trust two people. One is myself, and I'm afraid the other one is not you.
Tuesday, November 01, 2005
Idul Fitri
Dua hari menjelang hari raya idul fitri. Fenomena yang luar biasa yang selalu membuat saya kagum. Saya katakan luar biasa karena ternyata segala macam peralatan komunikasi secanggih apapun itu belum cukup (sekali lagi, belum cukup) untuk mengalahkan hubungan manusia secara fisik dalam artian bertemu. Ikatan emosional jauh lebih kuat dari teknologi semata.
Ketika itu, hampir semua denyut nadi kota berhenti sejenak. Dari yang baik maupun yang buruk. Pedagang dan pekerja pencari nafkah di Jakarta sudah kembali pulang ke desa, koruptor berhenti sejenak untuk berkorupsi, DPR berhenti sejenak menikmati tunjungan berlimpah, Mahkamah Agung 'beristirahat' memperjual-belikan dagangan bernama kasus dan lain sebagainya. Kata 'istirahat' mungkin lebih tepat menggambarkan semuanya. Secara ekonomi pun demikian. Masyarakat berhenti melakukan kegiatan ekonomi.
Tetapi, sebetulnya kurang pas kalau dikatakan berhenti. Karena disana ada sebuah kekuatan ekonomi yang kuat yakni Zakat Fitrah. Selama ini, zakat fitrah mungkin hanya dijadikan sebuah ritual tahunan. Tetapi saya sadar bahwa sebenarnya zakat fitrah itu merupakan pergerakan ekonomi kuat yang down to earth sekali. Pergerakan uang mengalir kebawah dari top to down. Bukan dari bottom to top.
Katakan jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah 200 juta dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia saat ini. Yang mampu membayar zakat 140 juta dan yang 60 juta adalah mustahiq zakat (berhak menerima zakat). Katakan zakat per orang adalah Rp.5000,- (bahkan mungkin lebih), maka 140 juta x Rp.5000,00 = Rp. 700.000.000.000 atau 700 miliar. Andaikan juga zakat itu dilakukan setiap bulan maka 700 miliar x 12 bulan = Rp. 8.400.000.000.000 atau Rp. 8, 4 triliun. Tetapi zakat wajib umumnya hanya dilakukan setahun dan saya "bermimpi" ini bisa dilakukan setiap bulan. Karena zakat kalau tidak salah termasuk hukum fiqih yang masih bisa "diganggu gugat" dan tidak statis. Sama seperti 'mimpi' saya ketika idul adha dengan bertanya, "kenapa kok kambing2x kurban itu langsung dihabiskan dalam sekejap dan bukan diternak dulu agar bisa lebih banyak dan digunakan sepanjang tahun?". Islam tidak statis dan harus ada inovasi dari penerapan teory. Pertanyaan lain yang muncul di kepala adalah "bisakah harta koruptor disucikan?" :)
Tehnik menghitung semacam ini sebetulnya adalah contoh dari mantan Presiden terbaik Indonesia (versi saya), BJ Habibie. Ketika itu beliau mengajak umat Islam untuk berpuasa senin-kamis sekalian menghemat beras seraya menghitung penghematan yang bisa dilakukan di sektor agraris dan lainnya. Alhasil, pertumbuhan ekonomi yang dinamis membuat beliau berhasil mendongkrak rupiah ke level 7000an dari 16000-17000an per dolar US. Perlu diingat pula bahwa ketika itu beliau tidak punya seorang wakil presiden alias bekerja sendiri. Tetapi pada akhirnya rumus bangsa ini menyatakan bahwa orang jujur, harus disingkirkan. Mengenaskan.
Terlepas dari itu semua, saya pribadi mengucapkan "Taqqoballallahu minna wa minkum. Selamat hari raya idul fitri 1426H. Mohon maaf lahir dan batin". Mari sedikit demi sedikit, kita mencari rahasia dibalik fenomena idul fitri, mudik, zakat fitrah dan tentunya fenomena Tuhan mengobral pahala di bulan Ramadan. Supaya umat Islam juga punya kontribusi berarti dalam bidang sosial kemanusiaan dan bukan hanya 'berkelahi' bagaimana hukum memakai jilbab atau gimana hukumnya nikah antar agama, misalnya.
Selamat berhari raya. Have fun, take care dan salam saya buat semua :)
Ketika itu, hampir semua denyut nadi kota berhenti sejenak. Dari yang baik maupun yang buruk. Pedagang dan pekerja pencari nafkah di Jakarta sudah kembali pulang ke desa, koruptor berhenti sejenak untuk berkorupsi, DPR berhenti sejenak menikmati tunjungan berlimpah, Mahkamah Agung 'beristirahat' memperjual-belikan dagangan bernama kasus dan lain sebagainya. Kata 'istirahat' mungkin lebih tepat menggambarkan semuanya. Secara ekonomi pun demikian. Masyarakat berhenti melakukan kegiatan ekonomi.
Tetapi, sebetulnya kurang pas kalau dikatakan berhenti. Karena disana ada sebuah kekuatan ekonomi yang kuat yakni Zakat Fitrah. Selama ini, zakat fitrah mungkin hanya dijadikan sebuah ritual tahunan. Tetapi saya sadar bahwa sebenarnya zakat fitrah itu merupakan pergerakan ekonomi kuat yang down to earth sekali. Pergerakan uang mengalir kebawah dari top to down. Bukan dari bottom to top.
Katakan jumlah penduduk muslim di Indonesia adalah 200 juta dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia saat ini. Yang mampu membayar zakat 140 juta dan yang 60 juta adalah mustahiq zakat (berhak menerima zakat). Katakan zakat per orang adalah Rp.5000,- (bahkan mungkin lebih), maka 140 juta x Rp.5000,00 = Rp. 700.000.000.000 atau 700 miliar. Andaikan juga zakat itu dilakukan setiap bulan maka 700 miliar x 12 bulan = Rp. 8.400.000.000.000 atau Rp. 8, 4 triliun. Tetapi zakat wajib umumnya hanya dilakukan setahun dan saya "bermimpi" ini bisa dilakukan setiap bulan. Karena zakat kalau tidak salah termasuk hukum fiqih yang masih bisa "diganggu gugat" dan tidak statis. Sama seperti 'mimpi' saya ketika idul adha dengan bertanya, "kenapa kok kambing2x kurban itu langsung dihabiskan dalam sekejap dan bukan diternak dulu agar bisa lebih banyak dan digunakan sepanjang tahun?". Islam tidak statis dan harus ada inovasi dari penerapan teory. Pertanyaan lain yang muncul di kepala adalah "bisakah harta koruptor disucikan?" :)
Tehnik menghitung semacam ini sebetulnya adalah contoh dari mantan Presiden terbaik Indonesia (versi saya), BJ Habibie. Ketika itu beliau mengajak umat Islam untuk berpuasa senin-kamis sekalian menghemat beras seraya menghitung penghematan yang bisa dilakukan di sektor agraris dan lainnya. Alhasil, pertumbuhan ekonomi yang dinamis membuat beliau berhasil mendongkrak rupiah ke level 7000an dari 16000-17000an per dolar US. Perlu diingat pula bahwa ketika itu beliau tidak punya seorang wakil presiden alias bekerja sendiri. Tetapi pada akhirnya rumus bangsa ini menyatakan bahwa orang jujur, harus disingkirkan. Mengenaskan.
Terlepas dari itu semua, saya pribadi mengucapkan "Taqqoballallahu minna wa minkum. Selamat hari raya idul fitri 1426H. Mohon maaf lahir dan batin". Mari sedikit demi sedikit, kita mencari rahasia dibalik fenomena idul fitri, mudik, zakat fitrah dan tentunya fenomena Tuhan mengobral pahala di bulan Ramadan. Supaya umat Islam juga punya kontribusi berarti dalam bidang sosial kemanusiaan dan bukan hanya 'berkelahi' bagaimana hukum memakai jilbab atau gimana hukumnya nikah antar agama, misalnya.
Selamat berhari raya. Have fun, take care dan salam saya buat semua :)